Waspada! Ini Risiko Kehamilan yang Mengancam Wanita 'Berbadan Dua'



Saat hamil, banyak perubahan yang terjadi di tubuh wanita, baik secara fisik dan emosi. Karena perubahan itu pula, banyak risiko kesehatan yang mengincar wanita 'berbadan dua'.

Berdasarkan ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 2000, setiap kehamilan adalah berisiko. Dengan ketentuan ini, tidak bisa dibagi-bagi lagi kehamilan mana yang risikonya rendah, sedang, atau tinggi.

"Risiko yang sering dialami ibu yaitu anemia karena wanita hamil itu kan kondisinya harus fit. Kalau tidak ditangani, lama-lama ibu mengalami perdarahan di tengah-tengah usia kehamilannya, dia bisa prematur," tutur dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K), dokter kandungan dari RSCM, saat berbincang dengan detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (16/10/2013).

Menurut dr Dwiana, untuk anemia pada ibu hamil mengonsumsi obat penambah darah saja tidak akan cukup. Ibu hamil yang menderita anemia juga harus banyak mengonsumsi protein, istirahat cukup, dan tidak boleh bekerja terlalu berat karena bisa membuat hemoglobin dan kondisi tubuhnya menurun.

Risiko lainnya terutama yang berada di daerah kurang bersih, bisa berupa penyakit kronik, malaria, cacingan, atau TBC. Perlu diketahui, angka kematian ibu (AKI) terutama disumbang oleh anemia dan 25 persen karena penyakit jantung, TBC, ginjal, dan diabetes.

Dihubungi pada kesempatan berbeda, dr Aryando Pradana, dokter kandungan di RS Bunda Jakarta, menjelaskan pada awal masa kehamilan risiko yang sering terjadi adalah kehamilan di luar kandungan dan induced abortion. Sedangkan pada masa menjelang persalinan yang menjadi komplikasi terberat adalah perdarahan, kondisi hipertensi semasa kehamilan (pre-eklampsia), emboli dan infeksi.

"Risiko terberat adalah kematian. Hal ini paling sering disebabkan oleh perdarahan saat persalinan dan emboli. Perdarahan saat persalinan, kondisi hipertensi dan infeksi adalah komplikasi yang dapat dicegah, sementara emboli tidak dapat dicegah," tutur dr Nando yang memiliki aku twitter @Nando_dr ini.

dr Dwiana menekankan kesehatan ibu hamil tidak bisa disamakan dan tidak selalu stabil. Misalnya, pada kehamilan pertama ibu sehat-sehat saja, belum tentu pada kehamilan berikutnya dia mengalami kondisi yang sama.

Setidaknya lakukan satu kali check up sebelum wanita memutuskan untuk hamil. Ini dilakukan agar tahu bagaimana kondisi kesehatan si ibu, dan mengetahui kemungkinan untuk hamil. Dengan demikian akan bisa diidentifikasi dan dilakukan pengawasan

"Every pregnancy should be planned, artinya itu harus direncanakan benar-benar karena hamil itu sama saja kayak perang, taruhannya nyawa. Setiap kehamilan juga harus diawasi, every pregnancy should be care. Diawasi ibu hamil itu dengan diberi makanan bergizi, tidak kerja terlalu keras, diberi imunisasi," tegas dr Dwiana.

Jadi karena semua kehamilan berisiko maka harus direncanakan dan diperhatikan. Teknologi canggih belum tentu juga bisa cegah risiko. Cara sebenarnya sederhana saja, makan makanan bergizi, vitamin, rutin kontrol ke bidan atau puskesmas juga sudah memenuhi standar.

"Tapi pemeriksaan pertama itu penting ya ke dokter, dokter umum cukup karena hanya dokter yang bisa mendeteksi apa ada masalah pada ibu tersebut," tutur dr Dwiana.

DetikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar