Waspada Pendarahan Saat Hamil, Penyebab Kematian Ibu Terbanyak





Jakarta, Tingginya angka kematian ibu paling banyak disebabkan karena mengalami kehamilan yang berisiko. Salah satunya adalah karena pendarahan, penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia.

Badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), memperkirakan 500.000 ibu meninggal setiap tahunnya sebagai akibat langsung dari kehamilan. Angka ini muncul mayoritas dari negara-negara berkembang; angka kematian ibu (AKI) mencapai sekitar 600 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan survei SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini meningkat dibanding data SDKI tahun 2007 yang besarnya 228 kematian, dan masih merupakan yang tertinggi di Asia.

Selain masih rendahnya kesadaran akan kesehatan ibu hamil, beberapa penyebab kematian ibu melahirkan antara lain pendarahan, hipertensi saat hamil atau preeklamsia, dan infeksi.

Pendarahan, terutama pada kehamilan muda, adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Umumnya pendarahan terjadi pada trimester pertama kehamilan. Namun pendarahan juga bisa mengindikasikan keguguran, atau masalah lain yang bisa mengancam nyawa ibu dan bayi.

"Yang paling banyak menyebabkan kematian ibu adalah pendarahan, setelah itu baru pre eklampsia (tekanan darah tinggi pada masa kehamilan)," jelas Dr dr. Bramundito Sp.OG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSPI-Pondok Indah.

Hal ini disampaikannya dalam acara Press Gathering 'Antenatal Care untuk Antisipasi Risiko Kehamilan', di Ritz Carlton Hotel Pacific Place, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Pendarahan dalam jumlah sedikit seperti bercak-bercak pada kehamilan minggu ke 7-9 merupakan hal yang normal karena implantasi embrio pada dinding rahim menyebabkan dinding rahim melepaskan sejumlah kecil darah dan berlangsung satu hingga dua hari. Mengangkat beban berat, aktivitas berlebih atau hubungan seksual juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan biasanya akan hilang setelah beristirahat cukup.

"Namun, pendarahan pada awal kehamilan juga perlu diwaspadai karena bisa jadi merupakan ancaman keguguran," jelas dr Azen Salim, Sp.OG-KFM, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fetomaternal RSPI-Pondok Indah.

Jika mengalami pendarahan hebat yang diikuti dengan kram perut atau disertai keluarnya darah beku atau jaringan fetus, maka kemungkinan sang ibu mengalami keguguran. Untuk itu, walaupun normal dialami pada kehamilan awal, para ibu tetap harus memeriksakan diri ke dokter untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan lain.

Penyebab lain pendarahan adalah plasenta previa, yaitu suatu kondisi di mana pertumbuhan plasenta atau ari-ari sebagai pemberi nutrisi dan oksigen bagi janin, terletak pada dinding rahim bagian bawah dan menutupi seluruh atau sebagian dari mulut rahim.

Gejala utama dari plasenta previa adalah pendarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan kadangkala disertai dengan adanya kontraksi. Pendarahan seringkali terjadi pada akhir trimester II atau awal trimester III. Pendarahan dapat hanya berupa sedikit tetesan darah hingga jumlah darah yang cukup banyak melebihi pendarahan saat haid.

Ibu hamil dengan plasenta previa dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, bed rest total bagi wanita hamil dengan riwayat perdarahan banyak dan berulang, tidak berhubungan seksual selama sisa waktu kehamilan, tidak memasukkan tampon vagina, dan tidak melakukan pembersihan vagina dengan menyemprotkan cairan menggunakan aplikator tertentu.

Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang muncul saat kehamilan, para ibu membutuhkan kualitas Antenatal Care (ANC) yang baik dari dokter yang profesional. ANC adalah periksa kehamilan secara rutin yang bertujuan untuk memeriksa kondisi ibu dan janin, 'mengawal' agar kehamilan dapat berjalan normal dan mempersiapkan persalinan, serta memberikan informasi pada calon orang tua untuk membuat keputusan dalam menangani persalinan yang akan datang.

"Selain antenatal care, fasilitas dan layanan kebidanan dan kandungan (maternity care) yang komprehensif juga diperlukan untuk memonitor kesehatan ibu dan memastikan bayi yang dikandung bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetiknya," jelas dr Bramundito.

DetikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar